Teori Berguru Kognitif
TEORI BELAJAR KOGNITIF
TEORI BELAJAR KOGNITIF |
===========================================
Prinsip umum teori Belajar Kognitif, antara lain:
1. Lebih mementingkan proses mencar ilmu daripada hasil
2. DIsebut model perseptual
3. Tingkah laris seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya wacana situasi yang bekerjasama dengan tujuan belajarnya
4. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu sanggup terlihat sebagai tingkah laris yang nampak
5. Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan memperlajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna.
6. Belajar merupakan suatu proses internal yang meliputi ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.
7. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
8. Dalam praktek pembelajaran teori ini tampak pada tahap-tahap perkembangan(J. Piaget), Advance organizer (Ausubel), Pemahaman konsep (Bruner), Hierarki mencar ilmu (Gagne), Webteaching (Norman)
9. Dalam kegiatan pembelajaran keterlibatan siswa aktif amat dipentingkan
10. Materi pelajaran disusun dengan pola dari sederhana ke kompleks
11. Perbedaan individu siswa perlu diperhatikan, lantaran sangat mempengaruhi keberhasilan siswa belajar.
Beberapa pandangan wacana teori kognitif, diantaranya:
1. Teori perkembangan Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pencetus aliran konstruktivisme. Salah satu dukungan pemikirannya yang banyak dipakai sebagai referensi untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori wacana tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang sanggup didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya piker atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. Menurut Piaget, proses mencar ilmu akan terjadi kalau mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbangan antara asimilasi dan akomodasi).
Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi empat, yaitu:
1. Tahap sensorimotorik (umur 0-2 tahun)
2. Ciri pokok perkembangan berdasarkan tindakan, dan dilakukan selangkah demi selangkah.
3. Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun)
4. Ciri pokok perkembangan pada tahap ini ialah penggunanaan symbol atau tanda bahasa, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif.
5. Tahap operasional nyata (umur 7/8-11/12 tahun)
6. Ciri pokok perkembangan pada tahap ini ialah sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang terperinci dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan.
7. Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini ialah anak sudah bisa berpikir aneh dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”.
Adapun beberapa prinsip teori perkembangan Piaget, ialah sebagai berikut:
1. Perkembangan kognitif merupakan suatu proses gentik. Yaitu suatu perkembangan yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf
2. Semakin bertambah umur maka semakin bertambah kompleks susunan syarafnya dan akan meningkat pula kemampuannya. Daya pikir anak yangb berbeda usia akan berbeda secara kualitatif
3. Proses penyesuaian mmepunyai dua bentuk dan terjadi secara simultan yaitu akomidasi dan asimilasi
4. Asimilasi ialah proses perubahan apa yang di pahami seseuai denganstruktur kognitif. (apabila individu mendapatkan infomasi atau pengalaman gres maka informasi tersebut akan dimodifikasi sehingga cocok dengan struktur kognitif yang dipunyai)
5. Akomodasi ialah proses perubahan struktur kognitif sehingga sanggup dipahami (apabila struktur kognitif yang sudah dimiliki harus diadaptasi dengan informasi yang diterima).
6. Proses mencar ilmu akan terjadi kalau mengikuti tahap-tahap asimilasi, fasilitas dan ekuilibrasi (penyeimbangan)
7. Asimilasi (proses penyatuan informasi gres ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki individu), Akomodasi (proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru), Ekuilibrasi (penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi)
8. Seorang anak sudah mempunyai prinsip pengurangan, saat mempelajri pembagianmaka terjadi prses intrgtasi antara pengurangan (telah dikuasai)dan pembagian (info baru) inilah asimilasi.
9. Jika anak diberi soal pembagian, maka situasi ini disebut akomodasi. Artinya anak sudah sanggup mengaplikasikan atau menggunakan prinsip pembagian dalam situasi baru
10. Proses penyesuaian antara ling luar dan struktur kognitif yang ada dlm dirinya disebut ekuilibrasi
11. Proses mencar ilmu akan mengikuti tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya
12. Tahap sensorimotor (0-2 thn), preoperasional (2-8 thn), operasional konkret(8-11 thn), operasional formal (12-18 thn)
13. Hanya dengan mengaktifkan pengetahuan dan pengalaman secara optimal asimilasi dan fasilitas pengatahuan dan pengalaman sanggup terjadi dengan baik
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran ialah :
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh lantaran itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2. Anak-anak akan mencar ilmu lebih baik apabila sanggup menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak semoga sanggup berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan gres tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang semoga anak mencar ilmu sesuai tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas, belum dewasa hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
2. Teori mencar ilmu berdasarkan Bruner
Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya efek kebudayaan terhadap tingkah laris seseorang. Dalam teorinya, “free discovery learning” ia menyampaikan bahwa proses mencar ilmu akan berjalan dengan baik dan kreatif kalau guru memperlihatkan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang sanggup ditingkatkan dengan cara menyusun materi pelajaran dan menyajikannya sesuai dengan tahap perkembangan orang tersebut.
Model pemahaman dari konsep Bruner (dalam Degeng,1989) menjelaskan bahwa pembentukan konsep dan pemahaman konsep merupakan dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berpikir yang berbeda pula. Menurutnya, pembelajaran yang selama ini diberikan di sekolah banyak menekankan pada perkembangan kemampuan analisis, kurang membuatkan kemampuan berpikir intuitif. Padahal berpikir intuitif sangat penting untuk mempelajari bidang sains, alasannya ialah setiap disiplin mempunyai konsep-konsep, prinsip, dan mekanisme yang harus dipahami sebelum seseorang sanggup belajar. Cara yang baik untuk mencar ilmu ialah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif dan risikonya hingga pada suatu kesimpulan (discovery learning).
Beberapa prinsip teori Bruner adalah:
1. Perkembangan kognitif ditandai dengan adanya kemajuan menaggapi rangsang
2. Peningkatan pengatahun bergantung pada perkembangan sistem penyimpanan informasi secara realistis
3. Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri atau pada orang lain
4. Interaksi secara sistematis diharapkan antara pembimbing, guru dan anak untuk perkembangan kognitifnya
5. Bahasa ialah kunci perkembangan kognitif
6. Perkembangan kognitif ditandai denfgan kecakapan untuk mengemukakan bebrapa alternatisf secara simultan, menentukan tindakan yang tepat.
7. Perkembangan kognitif di bagi dalam tiga tahap yaitu enactive, iconic, symbolic.
8. Enaktif yaitu tahap kalau seseorang melaksanakan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk emmahami lingkungan sekitaanya. (gigitan, sentuhan, pegangan)
9. Ikonik, yaitu tahap seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi ekspresi (anak mencar ilmu melalui bentuk perumpamaan dan perbandingan
10. Simbolik yaitu tahap seseorang telah bisa mempunyai ide-ide atau gagasan aneh yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan dalam berbahasa dan logika.( anak mencar ilmu melalui simbol bahasa, logika, matematika)
11. Model pemahaman dan inovasi konsep
12. Cara yang baik untuk mencar ilmu ialah memahami konsep, arti, dan kekerabatan memlalui proses intuitif untuk risikonya hingga pada kesimpulan (discovery learning)
13. Siswa diberi kekebasan untuk belajar sendiri melalui acara menemukan (discovery)
3. Teori mencar ilmu bermakna Ausubel
Menurut Ausubel, mencar ilmu seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengtahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk strukur kognitif. Teori ini banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan gres merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
Hakikat mencar ilmu berdasarkan teori kognitif merupakan suatu acara mencar ilmu yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perceptual, dan proses internal. Atau dengan kata lain, mencar ilmu merupakan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laris yang sanggup diamati atau diukur. Dengan perkiraan bahwa setiap orang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilkinya. Proses mencar ilmu akan berjalan dengan baik kalau materi pelajaran atau informasi gres menyesuaikan diri dengan struktur kognitif tang telah dimiliki seseorang.
Teori mencar ilmu Ausubel yang dipaparkan oleh Budiningsih, C.Asri. (2012) dalam buku Belajar dan Pembelajaran. Terbitan PT. Rineka Cipta: Jakarta, dijelaskan sebagai berikut:
a) Struktur kognitif
Merupakan struktur organisasional yang ada dalam ingatan seseorang yang mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah ke dalam suatu unit konseptual. Teori kognitif banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan gres merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
b) Subsumtive sequence
Dikatakan bahwa pengetahuan diorganisasi dalam ingatan seseorang dalam struktur hirarkhis. Ini berarti bahwa pengetahuan yang lebih umum, inclusif, dan aneh membawahi pengetahuan yang lebih spesifik dan konkret. Demikian juga pengetahuan yang lebih umum dan aneh yang diperoleh lebih dulu oleh seseorang, akan sanggup memudahkan perolehan pengetahuan gres yang lebih rinci. Gagasannya mengenai cara mengurutkan materi pelajaran dari umum ke khusus, dari keseluruhan ke rinci yang sering disebut sebagai subsumtive sequence menyebabkan mencar ilmu lebih bermakna bagi siswa.
c) Advance organizers
Dikembangkan oleh Ausubel merupakan penerapan konsepsi wacana struktur kognitif di dalam merancang pembelajaran. Penggunaan advance organizers sebagai kerangka isi akan sanggup meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru, lantaran merupakan kerangka dalam bentuk abstraksi atau ringkasan konsep-konsep dasar wacana apa yang dipelajari, dan hubungannya dengan materi yang telah ada dalam struktur kogntif siswa. Jika ditata dengan baik, advanced organizers akanmemudahkan siswa mempelajari materi pelajaran yang baru, serta hubungannya dengan materi yang telah dipelajarnya.
d) Skemata
Berdasarkan pada konsepsi organisasi kognitif ibarat yang dikemukakan oleh Ausubel tersebut, dikembangkanlah oleh para pakar teori kognitif suatu model yang lebih eksplisit yang disebut dengan skemata. Sebagai struktur organisasional, skemata berfungsi untuk mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah, atau sebagai kawasan mengaitkan pengetahuan baru.
Beberapa Prinsip Teori Ausubel adalah
1. Proses mencar ilmu akan terjadi kalau seseorang bisa mengasimilasikan pengetahuan yang tlah dimilikinya dengan pengetahuan baru
2. Proses mencar ilmu akan terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memamahi makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami
3. Siswa lebih ditekankan unuk berpikir secara deduktif (konsep advance organizer)
Adapun aplikasi teori kognitif dalam pembelajaran :
1. Keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan
2. Untuk meningkatkan minat dan meningkatkan retensi mencar ilmu perlu mengaitkan pengetahuan gres dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
3. Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau kecerdikan tertentu dari sederhana ke kompleks.
4. Perbedaan individu pada siswa perlu diperhatikan lantaran faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar.
Aplikasi teori mencar ilmu kognitif dalam pembelajaran |
Adapun aplikasi teori kognitif dalam pembelajaran berdasarkan Harahap (2001):
· Keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan
· Untuk meningkatkan minat dan meningkatkan retensi mencar ilmu perlu mengaitkan pengetahuan gres dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
· Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau kecerdikan tertentu dari sederhana ke kompleks.
· Perbedaan individu pada siswa perlu diperhatikan lantaran faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar.
· Siswa bukan sebagai orang berilmu balig cukup akal yang gampang dalam proses berfikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
· Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan sanggup mencar ilmu dengan baik terutama kalau mendengarkan benda-benda kongrit.
· Keterlibatan siswa secara aktif dalam mencar ilmu amat dipentingkan, lantaran hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan fasilitas pengetahuan dan pengalaman sanggup terjadi dengan baik.
· Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi gres dengan struktur kognitif yang telah mempunyai si belajar.
· Pemahaman dan retensi akan meningkat kalau materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau kecerdikan tertentu, dari sederhana ke kompleks.
· Belajar memahami akan lebih bermakna daripada mencar ilmu mneghafal.
· Adanya perbedaan individual pada diri siswa pelu diperhatikan lantaran faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan mencar ilmu siswa. Perbedaan tersebut contohnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal dan sebagainya.