Model Pembelajaran Berbasis Problem (Model Pemeblajaran Problem Solving)


Di dalam proses mencar ilmu mengajar, guru harus mempunyai strategi, semoga siswa sanggup mencar ilmu secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk mempunyai taktik itu ialah harus menguasai model dan teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut model pembelajaran dan  metode pembelajaran.


Dalam kenyataan, model seta cara atau metode mengajar atau teknik penyajian yang dipakai guru untuk memberikan informasi atau pesan kepada siswa berbeda-beda tergantung materi pelajaran yang disampikan. Salah model yang sanggup dipakai dalam kegiatan pembelajaran yakni model pembelajaran berbasis masalah atau Problem Solving. Model pembelajaran berbasis masalah atau Problem Solving digunakan untuk memotivasi siswa semoga bisa memakai pengetahuannya untuk memecahkan kasus yang dihadapi ataupun untuk menjawab suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang dipakai untuk tujuan semoga siswa bisa berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam menghadapi segala persoalan.

Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Solving) biasanya dipakai dalam pembelajaran yang membutuhkan balasan atas suatu masalahatau pemecahan masalah. Sebagai salah satu model pembelajaranmodel pembelajaran berbasis masalah sangat baik bagi pembinaan sikap ilmiah pada siswa. Dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah ini, para siswa mencar ilmu memecahkan suatu masalah menurut mekanisme kerja ilmiah.


============================================




============================================

Model Pembelajaran Problem Solving merupakan salah satu model pembelajaran yang menerapkan Pendekatan Saintifik. Sebagaimana dijelaskan dalam materi diklat kurikulum 2013,  sesuai Permendikbud No. 103 Tahun 2014 dinyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik terdiri atas lima langkah kegiatan mencar ilmu yakni mengamati (observing), menanya  (questioning), mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting), menalar atau mengasosiasi (associating), mengomunikasikan (communicating) yang sanggup dilanjutkan dengan mencipta. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik tersebut mengikuti langkah-langkah pada metode ilmiah. Berikut ini langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

  • Mengamati. Siswa memakai panca inderanya untuk mengamati fenomena yang relevan dengan apa yang dipelajari.  Fenomena yang diamati pada mata pelajaran satu dan lainnya berbeda. Misalnya, untuk mata pelajaran IPA, siswa mengamati pelangi, untuk mata pelajaran Bahasa Inggris, siswa mendengarkan percakapan, untuk mata pelajaran bahasa Indonesia siswa membaca teks, untuk prakarya siswa merasakan iga bakar, dan untuk mata pelajaran IPS siswa mengamati banjir. Siwa sanggup mengamati fenomena secara eksklusif maupun melalui media audio visual.  Hasil yang diharapkan dari langkah pembelajaran ini yakni siswa menemukan masalah, yaitu gap of knowledge, apapun yang belum diketahui atau belum sanggup dilakukan terkait dengan fenomena yang diamati. Pada langkah ini guru sanggup membantu siswa menginventarisasi segala sesuatu yang belum diketahui (gap of knowledge) tersebut.  Agar kegiatan mengamati sanggup berlangsung dengan baik, sebelum pembelajaran dimulai guru perlu menemukan/mempersiapkan fenomena yang diamati siswa dan merancang kegiatan pengamatan untuk siswa menemukan masalah.
  • Menanya. Siswa merumuskan pertanyaan wacana apa saja yang tidak diketahui atau belum sanggup lakukan terkait dengan fenomena yang diamati. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sanggup meliputi pertanyaan-pertanyaan yang menghendaki balasan berupa  pengetahuan faktual, konseptual, maupun prosedural, hingga ke pertanyaan yang bersifat hipotetik. Hasil kegiatan ini yakni serangkaian pertanyaan siswa yang relevan dengan indikator-indikator KD. Guru Membantu siswa merumuskan pertanyaan berdasarkan daftar hal-hal yang perlu/ingin diketahui semoga sanggup melakukan/menciptakan sesuatu.
  • Mengumpulkan informasi/mencoba. Siswa mengumpulkan data melalui aneka macam teknik, contohnya melaksanakan eksperimen, mengamati obyek/kejadian/aktivitas, wawancara dengan nara sumber, membaca buku pelajaran, dan sumber lain di antaranya buku referensi, kamus, ensiklopedia, media massa, atau serangkaian data statistik. Guru menyediakan sumber-sumber belajar, lembar kerja (worksheet), media, alat peraga/peralatan eksperimen, dan sebagainya. Guru juga membimbing dan mengarahkan siswa untuk mengisi lembar kerja, menggali informasi komplemen yang sanggup dilakukan secara berulang-ulang hingga siswa memperoleh informasi atau data yang dibutuhkan. Hasil kegiatan ini yakni serangkaian data atau informasi yang relevan dengan pertanyaan-pertanyaan yang siswa rumuskan.
  • Menalar/mengasosiasi. Siswa memakai data atau informasi yang sudah dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mereka rumuskan. Pada langkah ini guru mengarahkan semoga siswa sanggup menghubung-hubungkan data/informasi yang diperoleh untuk menarik kesimpulan. Hasil simpulan dari tahap ini yakni simpulan-simpulan yang merupakan balasan atas  pertanyaan yang dirumuskan pada langkah menanya.
  • Mengomunikasikan. Siswa memberikan balasan terhadap pertanyaan-pertanyaan mereka ke kelas secara mulut dan/atau tertulis atau melalui media lain.  Pada tahapan pembelajaran ini siswa sanggup juga memajang/memamerkan kesannya di ruang kelas, atau mengunggah (upload) di  blog yang dimiliki. Guru menunjukkan umpan balik, meluruskan, menunjukkan penguatan, serta menunjukkan penjelasan/informasi lebih luas. Guru membantu penerima didik untuk  menentukan butir-butir penting dan simpulan yang akan dipresentasikan, baik dengan atau tanpa memanfaatkan teknologi informasi.



1. Pengertian Model / Metode Pemecahan Berbasis Masalah
Model Pembelajaran Berbasis Masalah atau lebih spesifik Metode pembelajaran berbasis masalah (Problem Solving) menurut Sudirman, dkk. (1991 : 146) yakni cara penyajian materi pelajaran dengan menimbulkan kasus sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam perjuangan mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa.

Metode pembelajaran berbasis masalah atau metode pembelajaran berbasis masalah (Problem Solving) ini sering dinamakan atau disebut juga dengan eksperimen  method, reflective thinking method, atau scientific method (Sudirman, dkk., 1991 : 146).


Berdasarkan modul training Kurikulum 2013. Pembelajaran berbasis masalah dikelompok dalam 4 jenis  Model Pembelajaran yang wajib dikuasai guru. Pengertian model Pembelajaran Berbasis Masalah disini  diartikan sebagai pembelajaran yang memakai kasus nyata dalam kehidupan sehari-hari (otentik) yang bersifat terbuka (open-ended) untuk diselesaikan oleh penerima didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menuntaskan masalah, keterampilan sosial, keterampilan untuk mencar ilmu mandiri, dan membangun atau memperoleh pengetahuan baru. Pembelajaran ini berbeda dengan pembelajaran konvensional yang jarang memakai kasus nyata atau memakai kasus nyata hanya di tahap simpulan pembelajaran sebagai penerapan dari pengetahuan yang telah dipelajari. Pemilihan kasus nyata tersebut dilakukan atas pertimbangan kesesuaiannya dengan pencapaian kompetensi dasar.

Dengan demikian, Model atau Metode pembelajaran berbasis kasus atau metode pemecahan kasus (Problem Solving) adalah sebuah metode pembelajaran yang berupaya membahas permasalahan untuk mencari pemecahan atau jawabannya. Sebagaimana metode mengajar, metode pemecahan kasus sangat baik bagi pembinaan sikap ilmiah pada para siswa. Dengan metode ini, siswa mencar ilmu memecahkan suatu kasus berdasarkan mekanisme kerja metode ilmiah.

Gambaran langkah-langkah 
metode Pembelajaran Berbasis Masalah atau Metode Problem Solving

2. Langkah-langkah Metode pembelajaran berbasis masalah
Dalam garis besarnya langkah-langkah metode pembelajaran masalah (problem solving) dapat disarikan sebagai berikut:
a. Adanya kasus yang dipandang penting;
b. Merumuskan masalah;
c.  Analisa hipotesa;
d. Mengumpulkan data;
e. Analisa data;
f.  Mengambil kesimpulan
g. Aplikasi (penerapan) dari kesimpulan yang diperoleh; dan
h. Menilai kembali seluruh proses pemecahan kasus (Depdikbud, 1997: 23).   

Berikut yakni langkah-langkah PBM yang disesuaikan dari pendapat Arends (2012) dan Fogarty (1997).

Tabel 1. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Tahap
Deskripsi
Tahap 1
Guru menyajikan kasus nyata kepada penerima didik.
Tahap 2
Guru memfasilitasi penerima didik untuk memahami kasus nyata yang telah disajikan, yaitu mengidentifikasi apa yang mereka ketahui, apa yang perlu mereka ketahui, dan apa yang perlu dilakukan untuk menuntaskan masalah. Peserta didik menyebarkan peran/tugas untuk menuntaskan kasus tersebut.
Tahap 3
Guru membimbing penerima didik melaksanakan pengumpulan data/informasi (pengetahuan, konsep, teori) melalui aneka macam macam cara untuk menemukan aneka macam alternatif penyelesaian masalah.
Tahap 4
Guru membimbing penerima didik untuk menentukan penyelesaian kasus yang paling sempurna dari aneka macam alternatif pemecahan kasus yang penerima didik temukan. Peserta didik menyusun laporan hasil penyelesaian masalah, contohnya dalam bentuk gagasan, model, bagan, atau Power Point slides.
Tahap 5
Guru memfasilitasi penerima didik untuk melaksanakan refleksi atau penilaian terhadap proses penyelesaian kasus yang dilakukan.


Secara Sederhana langkah penerapan Model Pembelajaran Berbasis kasus dalam kegiatan mencar ilmu mengajar yakni sebagai berikut: 1) Siswa dibantu guru mempersiapkan dan merumusakan kasus yang akan diteliti, 2) Siswa mencoba menentukan alternatif pemecahan kasus tersebut; 3) Siswa mengumpulkan informasi sesuai alternatif permasalahan yang telah ditetntukan; 4) siswa membuat simpulan; 5) siswa mempersentasikan simpulan tersebut. Dengan cara tersebut diharapkan bawah umur didik untuk berpikir dan bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah. Metode ini lebih sempurna dipakai di kelas tinggi.

Sebenarnya secara lengkap penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pembelajaran PPKn sanggup mengikuti alur model pembelajaran portofolio yang pernah diusung oleh Bpk. Dasim Budimansyah. 


Contoh Kegiatan Identifikasi dan Perumusan  Masalah dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Contoh Kegiatan Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah


Contoh Kegiatan Mengumpulkan Data dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Contoh Kegiatan Mengumpulkan Data dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah


Contoh Kegiatan Membuat Rumusan Hasil Pengumpulan Data dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah


Contoh Kegiatan Presentasi Hasil  dalam Penerepan Model Pembelajaran Berbasis Masalah





Sedangkan berdasarkan Nahrowi Adjie dan Maulana  (2006 : 46-51) langkah-langkah penyelesaian kasus antara lain adalah; (1) memahami soal, (2) menentukan pendekatan atau strategi, (3) menuntaskan model, dan (4) menafsirkan solusi.

Pada prinsipnya ketiga langkah penyelesaian kasus di atas yakni sama, hanya saja pendapat yang ketiga lebih cenderug mengarah pada pembelaran matematika. Bagi Anda guru matematika saya sarankan Anda  menggunakan langkah-langkah penyelesaian kasus matematika menyerupai dikemukakan oleh Nahrowi Adjie dan Maulana, alasannya yakni lebih sederhana dan gampang dipahami.

 
Penerapan model / metode Pembelajaran Berbasis Masalah 
atau Metode Problem Solving melalui Diskusi

3. Kelebihan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah / Problem Solving
Kelebihan Menggunakan Metode pembelajaran Berbasis Masalah atau Metode Problem Solving
1.   Dengan Metode / Model Pembelajaran berbasis masalah atau Metode Problem Solving akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang mencar ilmu memecahkan suatu kasus maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar sanggup semakin bermakna dan sanggup diperluas saat penerima didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan.
2. Dalam situasi Metode / Model Pembelajaran Masalah atau Metode Problem Solving, penerima didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
3. Metode / Model Pembelajaran Masalah atau Metode Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif penerima didik didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan sanggup mengembangkan relasi interpersonal dalam bekerja kelompok.
Contoh Penerapan metode / Model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Metode Problem Solving

Metode / Model Pembelajaran Berbasis Masalah ini memiliki kecocokan terhadap konsep penemuan pendidikan bidang keteknikan, terutama dalam hal sebagai berikut :
1. peserta didik memperoleh pengetahuan dasar (basic sciences) yang mempunyai kegunaan untuk memecahkan kasus bidang keteknikan yang dijumpainya;
2. peserta didik mencar ilmu secara aktif dan sanggup berdiri diatas kaki sendiri dengan sajian materi terintegrasi dan relevan dengan kenyataan sebenarnya, yang sering disebut student-centered;
3.   peserta didik bisa berpikir kritis, dan mengembangkan inisiatif.

Berikut yakni beberapa rujukan kasus nyata yang sanggup dipakai dalam Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (sumber materi training kurikulum 2013)
  • Di beberapa daerah perbuatan mencoral-coret dinding tembok dengan memakai kata-kata yang tidak sopan sering dijumpai. Hal tersebut merusak pemandangan kampung dan menimbulkan wilayah tersebut terkesan kumuh. Bagaimanakah menuntaskan kasus tersebut?
  • Perilaku membuang sampah di terusan air atau di sungai seakan-akan menjadi sikap yang biasa saja. Padahal di Indonesia mempunyai undang-undang wacana lingkungan hidup. Bagaimana penyelesaian kasus sikap membuang sampah sembarangan tersebut ditinjau dari undang-undang lingkungan hidup atau peraturan perundang-undangan yang lain?
  • Wilayah terluar, terdepan, dan tertinggal dari NKRI berbatasan dengan negara-negara tetangga. Pembangunan di wilayah tersbut belum memadai dan warga yang tinggal di wilayah tersebut merasa tidak diperhatikan oleh Pemerintah RI. Bagaimana sebaiknya wilayah tersebut dikembangankan dan dibangun?


Jika Anda ingin mempelajari lebih mendalam model dan metode pembelajaran yang lain, Silahkan pelajari disini


Bahan Bacaan:
Depdikbud. (1997). Pokok-pokok Pengajaran Biologi dan Kurikulum 1994. Jakarta: Depdikbud.
Meier, Dave (2005). The Accelerated Learning  Hand Book. (Terjemahan) Bandung: Kaifa.
Roestiyah N.K. (1998). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rukmana, Ade dan Suryana, Asep. ( 2006). Pengelolaan Kelas. Bandung:         UPI Press.
Saud, Udin Saefudin dan Suherman, Ayi. (2006). Inovasi Pendidikan. Bandung: UPI Press.
Sadirman, N . dkk. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta
Sadirman, N . dkk. 1991 Ilmu Pendidikan. Bandung, Remaja Rosdakarya.
Uzer, Moh. Usman dan Setiawati, Lilis. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar (Bahan Kajian PKG, MGBS, MGMP). Bandung: Rosdakarya.
Popham, W. James dan Baker, Eva L. (2001). Establising Instructional Gools and Systematic Intruction .Teknik Mengaajar Secara Sistematis. (Terjemahan). Jakarta: Rineka Cipta.





= Baca Juga =



Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel